Senin, 28 November 2016

EFEK INDUKSI



EFEK INDUKSI
Efek induksi adalah suatu aksi elektrostatik yang diteruskan melalui rantai atom dalam suatu molekul (lewat ikatan σ). Dan efek itu dapat dinyatakan sebagai I + dan I –
I + jika subtituen yang terikat mendorong elektron ( melepaskan e - )
I - jika subtituen yang terikat menarik Elektron ( mengambil e - )
Sebuah efek induktif adalah tarikan kerapatan elektron melalui obligasi s disebabkan oleh perbedaan elektronegativitas dalam atom.
Sifat induksi terjadi karena adanya perbedaan keelektronegatifan . Gejala elektrostatik diteruskan melalui rantai karbon. Menurut konvensi gugus penarik electron yang lebih besar dari hydrogen H merupakan efek induksi –I sedangkan gugus penarik electron yang lebih lemah dari hydrogen H merupakan efek induksi +I.
Gugus alkyl yang terikat pada gugus fungsi senyawa organic merupakan gugus pendorong electron, dimana semakin besar alkyl yang terikat pada gugus fungsi akan mengakibatkan factor +I semakin besar. Berikut ini urutan reaktifitas  induksi –I (penarik electron) adalah sebagai berikut:
            -Cl > -Br > -I > -OCH3 > -OH > -C6H5 > -CH+CH2 > -H
    Efek induksi  dari beberapa gugus  yang terikat pada gugus fungsi senyawa organic dapat dilihat pada tabel berikut ini,
Tabel 1. Efek induksi beberapa gugus
-I
+I
-NH3+

-OR
-CH3
-NR3+

-SH
-CH2R
-NO2
-F
-SR
-CHR2

-Cl
-CH=CH2
-CR3
-COOH
-Br
-CR=CH2

-COOR
-OH


             Untuk senyawa asam karboksilat yang mempunyai sifat induksi +I (pendorong electron) yang semakin besar maka sifat keasaman senyawa akan berkurang, mis. sifat keasaman dari asam asetat > asam propionate.
            Senyawa asam karboksilat yang sifat penarik electron semakin kuat maka sifat keasaman senyawa akan bertambah, mis. senyawa ά-kloro asetat dengan ά-fluoro asetat. Fluor  F lebih elektronegatif daripada klor Cl, maka keasaman ά-fluoro asetat > ά-kloro asetat.
             Untuk senyawa asam karboksilat yang mempunyai sifat induksi -I (penarik electron) yang semakin besar maka sifat keasaman senyawa akan bertambah. Semakin jauh gugus penarik electron maka sifat keasaman senyawa asam karboksilat akan berkurang.
            Faktor induksi pada berbagai senyawa asam karboksilat yang telah diterangkan di atas maka harga pKa beberapa senyawa asam karboksilat dalam air pada suhu 25oC dapat dilihat pada table 2.
            Tabel 2. Harga pKa beberapa senyawa asam karboksilat
Asam
pKa
Asam
pKa
Asam
pKa
CH3COOH
4,80
FCH2COOH
2,66
OHCH2COOH
3,83
(CH3)3N+-
1,83
ClCH2COOH
2,86
 CH2COOH
2,43
NH3+-(CH2)4COOH
4,27
Cl2CHCOOH
1,30
HOOCCH2COOH
2,83
-O2C-CH2COOH
5,69
Cl3CCOOH
0,65
CH3CH2COOH
4,88
-O2C-(CH2)4COOH
5,41
Cl(CH2)COOH
4,0
(CH3)3CCOOH
5,05




HCOOH
3,77

Contoh dari efek induksi yakni:
Asam metanoat lebih asam dari asam etanoat karena  pada asam etanoat terdapat gugus metil yang mempunyai kemampuan mendorong elektron ikatan melalui ikatan sigma  (C-C-O-H) sehingga atom O menjadi relatif makin negatif, akibatnya atom H sukar lepas sebagai H+, asamnya menjadi lebih lemah. Gugus CH3  mempunyai efek induksi mendorong elektron, diberi simbol +I.
Asam alfamonoflouroetanoat lebih asam dari asam metanoat karena pada  asam alfa monoflouroetanooat terdapat gugus F yang mempunyai kemampuan menarik elektron ikatan melalui ikatan sigma sehingga atom O menjadi relatif makin positif, akibatnya atom H makin mudah lepas sebagai H+, asamnya menjadi lebih kuat. Gugus F mempunyai efek induksi menarik elektron diberi simbol -I
a.       Suatu asam dengan gugus penarik (-I) akan memperbesar keasamannya. Contoh:
CH3COOH                             FCH2COOH
pKa : 4,8                                             pKa : 2,66
b.      Semakin besar keelektronegatifan gugus –I tersebut makin kuat asam tersebut. Contoh :
FCH2COOH   (lebih asam dari)          ClCH2COOH
pKa : 2,66                                                       pKa  2,86
c.         Semakin banyak gugus –I (penarik elektron) semakin kuat asam yang bersangkutan. Contoh:
Cl3CCOOH     >         Cl2CHCOOH              >          ClCH2COOH
pKa : 0,65                               pKa : 1,30                               pKa : 2,86
Akan tetapi, jika letak gugus –I jauh, maka pengaruhnya hanya sedikit. Contoh :
ClCH2CH2COOH                   <          ClCH2COOH
pKa : 4,00                                           pKa : 2,86 
d.        Apabila suatu asam mempunyai gugus +I (pendorong elektron), maka asam tersebut akan berkurang keasamannya. Contoh :
HCOOH                     >          CH3COOH
pKa : 3,77                               pKa : 4,8
Makin kuat gugus +I tersebut makin kecil keasamannya. Contoh :
-OOCCH2COOH                    <          CH3CH2 COOH
pKa : 5,69                                           pKa : 4,85
Suatu basa akan bertambah kuat jika memiliki gugus +I. Contoh :
NH3     <          CH3NH3          <          (CH3)2NH
pKb : 4,75       pKb : 3,34                   pKb : 3,29
Factor lain disamping resonansi stabil dari ion karboksilat mempengaruhi keasaman dari senyawa. Delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif ion karboksilat menstabilkan anion, relative terhadap asamnya. Penambahan kestabilan dari anion menyebabkan bertambahnya keasaman dari suatu asam. Makin besar penarikan elektron oleh efek induktif, lebih kuat asamnya.
Sebagai perbandingan relatifitas efek induksi, dipilih atom hydrogen sebagai molekul standarnya, misalnya CR3-H.
-         Jika ketika atom H dalam molekul ini diganti dengan Z (atom ataupun gugus), kemudian kerapatan electron pada bagian CR3 pada molekul ini berkurang daripadadalam CR3-H, maka Z dapat dikatakan memiliki suatu efek – I (efek penarik electron / electron-withdrawing / electron-attracting). Contoh gugus dan atom yang memiliki efek – I: NO2, F, Cl, Br, I, OH, C6H5-.
-         Jika kerapatan electron dalam CR3 bertambah besar dari pada dalam CR3-H, maka Z dikatakan memiliki efek + I (efek pendorong electron / electron-repelling / electron-releasing). Contoh gugus dan atom yang memiliki efek + I: (CH3)3C-, (CH3)2CH-, CH3CH2-, CH3-.

DAFTAR PUSTAKA