PERTEMUAN 1
KIMIA ORGANIK FISIK
Kimia organik fisik mempelajari mekanisme reaksi senyawa
organik berdasarkan pada kajian struktur senyawa organik, sifat kimia dan
fisika, termodinamika dan kinetika
kimia. Lingkup perkuliahan meliputi struktur senyawa organik, hubungan struktur
dan kereaktifan, sifat dan kedudukan keadaan transisi, zat antara reaktif,
kontrol reaksi senyawa organik, asam basa (elektrofil dan nukleofil), gugus
pergi, pengaruh gugus tetangga, dan mekanisme senyawa organik.
Konsep-konsep
yang diperlukan dalam mempelajari struktur molekul senyawa organik:
- Elektronegativitas
- Ikatan hidrogen
- Gaya Van der Waals
- Polarizabilitas
- Gugus fungsi
- Efek induksi
- Resonansi
- Hiperkonyugasi
- Tautomeri
- Regangan ruang
1.
ELEKTRONEGATIVITAS
Elektronegativitas
adalah skala sejauh mana sebuah atom bisa menarik (mengikat) elektron untuk
dirinya sendiri. Dalam kata lain, elektronegativitas mengukur kemampuan atom
untuk mendapatkan (menarik) elektron dan untuk mempertahankannya. Perbedaan
elektronegativitas antara dua atom dapat digunakan untuk memprediksi kekuatan
relatif ikatan.[1]
Elektronegativitas
adalah kecenderungan suatu atom untuk menarik elektron dalam membentuk ikatan.
Semakin besar elektronegativitas suatu atom, semakin mudah menarik elektron
dalam membentuk ikatan.
Menurut
Pauling, elektronegativitas golongan gas mulia atau VIII A adalah nol. Unsur
golongan gas mulia tidak memiliki kemampuan menarik dan menerima elektron.
Selain itu, konfigurasi elektron gas mulia sudah sangat stabil. Unsur-unsur
golongan halogen atau VIIA merupakan unsur-unsur yang sangat kuat menarik
elektron ( sartono.2014. ringkasan ilmu alam super lengkap.jakarta : panda
media).
2. IKATAN HIDROGEN
Ikatan
hidrogen adalah gaya tarik menarik yang lemah antara atom elektronegatif
(seperti atom fluor, oksigen, atau nitrogen, dan atom hidrogen) terikat pada
atom elektronegatif lain. Ikatan hidrogen bertanggung jawab atas sifat yang
dimiliki air dan banyak molekul biologis lainnya. .[2]
Ikatan
hidrogen merupakan suatu ikatan yang terjadi oleh adanya gaya tarik-menarik
antara atom hidrogen dengan pasangan elektron bebas dalam senyawa polar. Contoh
dalam senyawa air atom hidrogen merupakan ujung yang bermuatan positif dari
molekul polar membentuk ikatan dengan bagian molekul yang bermuatan negatif
dari molekul polar yang lain. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang lemah,
kira-kira hanya sepersepuluh kekuatan ikatan kovalen, walaupun demikian ikatan
hidrogen mempunyai peranan yang penting dalam kaitannya dengan sifat wujud
suatu senyawa (titik didih dan titik beku).[3]
Adanya ikatan hidrogen dalam molekul air
menyebabkan molekul air berikatan satu dengan lainnya membentuk molekul yang
besar dan ini menyebabkan titik didih air tinggi (100oC) .
dibandingkan dengan molekul etanol (C2H5OH) yang
mempunyai jumlah atom lebih banyak (titik didih 78oC), titik didih
air cukup tinggi walaupun dalam etanol sendiri juga terdapat ikatan hidrogen
tetapi tidak sebanyak ikatan hidrogen pada air . ikatan hidrogen disebut juga
jembatan hidrogen.[3]
3. GAYA VAN DER WALS
Gaya
van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya antar molekul.
Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan
hingga saat ini masih kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat
ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul
menjadi dipol.
Ikatan
van der walls adalah gaya tarik menarik antarmolekul (antar kutub) dalam
senyawa yang berikatan kovalen. Gaya ini merupakan gaya antarmolekul yang
sangat lemah Mencakup interaksi dipole – dipole (pada senyawa polar) dan
interaksi dipole terimbas/terinduksi (pada senyawa polar dan non polar).
Sedangkan interaksi dipole sementara (pada senyawa non polar) biasa disebut
dengan gaya dispersi London.
Semakin besar Mr suatu senyawa (semakin
banyak jumlah partikel yang saling tarik) ikatan van der walls akan semakin
kuat, sehingga energy yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan antarmolekul
semakin besar. Akibatnya titik leleh dan titik didih senyawa tersebut akan
semakin besar.[4]
Pengaruh Gaya Van Der Wals Terhadap Titik Didih.[5]
Semakin
kuat gaya antarmolekul, titik didih semakin tinggi karena energi yang
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan semakin besar. Begitu juga untuk senyawa
nonpolar, titik didih senyawa non polar dipengaruhi oleh kekuatan gaya van der
wals, dalam hal ini gaya london. Kekuatan gaya london dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu jumlah awan elektron dan bentuk molekul.
a)
Pengaruh Jumlah Awan Elektron
Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa titik didih dipengaruhi oleh jumlah awan
elektron. Semakin banak awan elektron, gaya tarik-menarik molekul dipol sesaat
semakin besar sehingga ikatannya semakin besar. Kenaikan titik didih senyawa
tersebut juga dipengaruhi oleh Mr karena semakin ke bawah, nilai Mr semakin
besar memiliki daerah gerak elektron yang besar. Akibatnya, peluang terjadinya
dipol sesaat juga semakin besar. Lemahnya gaya london terjadi karena saat inti
atom menginduksi awan elektron terjadi tolakan yang berasal dari inti atom
molekul lain sehingga ikatan antar atom menjadi lemah.
b)
Pengaruh Bentuk Molekul
Senyawa hidokarbon alkana dapat memiliki beberapa bentuk molekul (isomer). Senyawa yang memiliki rumus molekul C5H12 memiliki jumlah cabang dan titik didih yang berbeda, seperti di perlihatkan pada tabel berikut :
4. POLARIZABILITAS.[6]
Polarisabilitas merupakan pergerakan elektron yang
mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul. Pergerakan
atau perpindahan elektron pada suatu atom dapat mengakibatkan tidak meratanya
kepadatan elektron pada atom, sehingga atom tersebut mempunyai satu sisi dipol
dengan muatan lebih negatif dibandingkan sisi yang lain. Pergerakan
ini menimbulkan dipol sesaat. Gambar dibawah ini menggambarkan perbedaan
sebaran elektron pada orbital normal dan orbital yang mengalami dipol sesaat.
Adanya dipol sesaat menyebabkan molekul yang bersifat non-polar menjadi
bersifat agak polar.
Dipol sesaat pada suatu atom
dapat mengimbas atom yang berada di sekitarnya sehingga terjadilah dipol
terimbas yang menyebabkan gaya tarik-menarik antara dipol sesaat dengan dipol
terimbas. Gaya ini yang disebut sebagai Gaya London.
Pergerakan
elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul akan bertambah
besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah elektron yang semakin besar
pula. Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul
disebut polarisabilitas. Jumlah elektron yang besar berkaitan dengan massa
molekul relatif (Mr) molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr suatu molekul,
maka semakin besar polarisabilitasnya dan semakin besar pula Gaya Londonnya.
5. GUGUS FUNGSI[7]
Istilah
gugus fungsional dalam kimia organik adalah kelompok gugus khusus pada atom
dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada
molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia
yang sama atau mirip.
Macam-Macam Gugus Fungsi.
a)
Alkohol
Kelompok
senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH) dengan
rumus umum R-OH atau CnH2n+1OH. Senyawa ini mempunyai nama
IUPAC alkanol karena dianggap sebagai urutan alkana dengan mensubstitusi satu
atom H dengan gugus –OH. Untuk penamaan -na dirubah menjadi -nol.
R - OH
b)
Eter
Dapat
disebut alkoksi alkana berdasarkan aturan IUPAC, yang dianggap
sebagai turunan alkana, mempunyai rumus umum R-O-R’ atau CnH2n+2O.
Bila R=R’ disebut eter sederhana, sedangkan bila R bukan R’ disebut eter
majemuk. R dan R' merupakan alkil.
R - O - R'
c)
Aldehida
Senyawa
karbonil (-C=O), merupakan singkatan dari alkohol dehidrogenatus. Senyawa ini
dianggap turunan dari alkana sehingga disebut alkanal dan mempunyai rumus
umum CnH2nO. Aldehid dapat diperoleh dengan jalan oksidasi
alkohol primer. untuk tatanama yaitu akhiran -na ditambahkan -l menjadi -nal.
d) Keton
Senyawa karbonil (-C=O). Senyawa ini
dianggap turunan dari alkana sehingga disebut alkanal dan mempunyai rumus
umum CnH2nO. Seperti halnya eter, R yang sama dengan R’
disebut katon sederhana, sedangkan R yang tidak sama dengan R’ disebut keton
majemuk. R dan R' merupakan alkil.
e) Asam
Karboksilat
( Alkanoat
) memiliki rumus umum CnH2nO2 atau R-COOH. Gugus karboksilat
(-COOH) merupakan gabungan dari gugus karbonil dan hidroksil. Senyawa ini
dianggap turunan alkana dan diberi nama asam alkanoat atau dengan nama yang
lebih lama, asam alkana karboksilat.
f)
Ester
Memiliki
rumus umum CnH2nO2 atau R-COO-R’. Nama IUPAC dari ester
adalah alkyl alkanoat. Kebanyakan senyawa ester berbau harum, karena itu banyak
digunakan sebagai pengharum (esens). Ester dibuat dari asam dan alkohol melalui
reaksi esterifikasi yang berupa reaksi setimbang.
g)
Alkilamina
Senyawa
karbon yang berikatan dengan gugus -NH2.
R – NH2
h)
Haloalkana
Suatu
senyawa karbon atau alkil yang berikatan dengan salah satu unsur halogen.
R - X
x = unsur-unsur halogen atau VIIA ( F, Cl, Br, I, At)
6. EFEK INDUKSI
Efek induksi adalah suatu aksi elektrostatik yang
diteruskan melalui rantai atom dalam suatu molekul (lewat ikatan σ).
Dan efek itu dapat dinyatakan sebagai I + dan I –
I + jika subtituen yang terikat mendorong elektron (
melepaskan e - )
I - jika subtituen yang terikat menarik Elektron ( mengambil
e - )
Asam metanoat lebih asam dari asam
etanoat karena pada asam etanoat
terdapat gugus metil yang mempunyai kemampuan mendorong elektron ikatan melalui
ikatan sigma (C-C-O-H) sehingga atom O
menjadi relatif makin negatif, akibatnya atom H sukar lepas sebagai H+, asamnya
menjadi lebih lemah.
Gugus CH3
mempunyai efek induksi mendorong elektron, diberi simbol +I.
Asam alfamonoflouroetanoat lebih
asam dari asam metanoat karena pada asam
alfa monoflouroetanooat terdapat gugus F yang mempunyai kemampuan menarik
elektron ikatan melalui ikatan sigma sehingga atom O menjadi relatif makin
positif, akibatnya atom H makin mudah lepas sebagai H+, asamnya menjadi lebih
kuat.
Gugus F mempunyai efek induksi menarik elektron
diberi simbol -I
a.
Suatu asam dengan
gugus penarik (-I) akan memperbesar keasamannya. Contoh:
CH3COOH FCH2COOH
pKa : 4,8 pKa : 2,66
b.
Semakin besar
keelektronegatifan gugus –I tersebut makin kuat asam tersebut. Contoh :
FCH2COOH (lebih asam dari) ClCH2COOH
pKa : 2,66 pKa
2,86
c.
Semakin banyak
gugus –I (penarik elektron) semakin kuat asam yang bersangkutan. Contoh:
Cl3CCOOH > Cl2CHCOOH > ClCH2COOH
pKa : 0,65 pKa : 1,30 pKa
: 2,86
Akan tetapi,
jika letak gugus –I jauh, maka pengaruhnya hanya sedikit. Contoh :
ClCH2CH2COOH < ClCH2COOH
pKa : 4,00 pKa : 2,86
d.
Apabila suatu asam
mempunyai gugus +I (pendorong elektron), maka asam tersebut akan berkurang
keasamannya. Contoh :
HCOOH > CH3COOH
pKa : 3,77 pKa : 4,8
Makin kuat
gugus +I tersebut makin kecil keasamannya. Contoh :
-OOCCH2COOH < CH3CH2 COOH
pKa : 5,69 pKa : 4,85
Suatu basa
akan bertambah kuat jika memiliki gugus +I. Contoh :
NH3 < CH3NH3 < (CH3)2NH
pKb : 4,75 pKb
: 3,34 pKb : 3,29
7. RESONANSI
Resonansi secara
singkat dapat dikatakan dengan suatu senyawa kimia yang strukturnya sama tetapi
konfigurasi elektronnya berbeda. [8]
Contohnya :
Struktur Resonansi Benzena:
Resonansi
terjadi karena adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan
tunggal. Delokalisasi elektron yang terjadi pada benzena pada struktur
resonansi adalah sebagai berikut:
Hal yang harus diperhatikan adalah,
bahwa lambang resonasi bukan struktur nyata dari suatu senyawa, tetapi
merupakan struktur khayalan. Sedangkan struktur nyatanya merupakan gabungan
dari semua struktur resonansinya. Hal ini pun berlaku dalam struktur resonansi
benzena, sehingga benzena lebih sering digambarkan sebagai berikut:
Teori resonansi dapat menerangkan
mengapa benzena sukar diadisi. Sebab, ikatan rangkap dua karbon-karbon dalam
benzena terdelokalisasi dan membentuk semacam cincin yang kokoh terhadap
serangan kimia, sehingga tidak mudah diganggu. Oleh karena itulah reaksi yang
umum pada benzena adalah reaksi substitusi terhadap atom H tanpa mengganggu
cincin karbonnya.[9]
8.
HIPERKONJUGASI
Hiperkonjugasi merupakan delokalisasi yang melibatkan
elektron σ. Hiperkonjugasi di atas dapat dipandang sebagai overlap antara
orbital σ ikatan C-H dengan orbital π ikatan C=C, analog dengan overlap π-π.
Hiperkonjugasi disebut juga resonansi tanpa ikatan. Secara singkat efek
hiperkonjugasi merupakan perubahan dari suatu ikatan C-H menjadi ikatan C=C
atau C≡C oleh Hα. Hiperkonjugasi dapat meningkatakan kestabilan molekul dengan
semakin banyaknya Hα maka suatu molekul tersebut akan semakin stabil.
Contoh:
Jika suatu
karbon yang mengikat atom hydrogen dan terikat pada atom tak jenuh atau pada
satu atom yang mempunyai orbital bukan ikatan maka untuknya dapat dituliskan
bentuk kanonik seperti diatas. Di dalam bentuk kanonik seperti itu sama sekali
tidak ada ikatan antara karbon dengan ion hidrogen, dan resonansi seperti itu
disebut resonansi tanpa ikatan. Hidrogen tidak pergi
(karena resonansi tersebut bukanlah suatu hal yang nyata melainkan hanya bentuk
kanonik yang berkontribusi ke struktur molekul nyata). Efek struktur diatas pada
molekul nyata adalah elektron dalam C-H lebih dekat ke karbon daripada jika
struktur diatas tidak berkontribusi.[10]
9.
TAUTOMERI
Tautomeri
adalah perpindahan atom dalam satu molekul menjadi isomer. contohnya perubahan
keto menjadi enol, amin menjadi imin. Suatu senyawa karbonil dengan suatu
hidrogen alfa yang bersifat asam, dapat berada dalam dua bentuk yang disebut
tautomer : suatu tautomer keto dan sebuah tautomer enol.
Tautomer
adalah isomer-isomer yang berbeda satu dengan yang lainnya hanya pada posisi
ikatan rangkap dan sebuah atom hidrogen berhubungan. Tautomer keto suatu
senyawa karbonil mempunyai struktur karbonil seperti diharapkan. Tautomer enol
(dari –ena+-ol) yang merupakan suatu alcohol vinilik, terbentuk dengan
serah-terima sebuah hidrogen asam dari karbon α ke oksigen karbonil. Karena
atom hidrogen berada dalam posisi yang berlainan, kedua bentuk tautometrik ini
bukanlah struktur-resonansi, melainkan dua struktur berlainan yang berada dalam
kesetimbangan. (harus diingat bahwa struktur-struktur resonansi berbeda hanya
dalam posisi elektron).
Kuantitas relative enol versus keto
dalam suatu cairan murni dapat diperkirakan dengan spektroskopi inframerah atau
nmr. Aseton terutama ada dalamketo (99,99% menurut prosedur titrasi khusus).
Kebanyakan aldehida dan keton yang sederhana juga terutama ada dalam bentuk
keto; tetapi, 2,4-pentanadion terdiri dari 80% enol! Bagaimana perbedaan besar
ini dapat dijelaskan? Perhatikan struktur tautomer 2,4-pentanadion:
Bentuk enol tidak hanya memiliki
ikatan rangkap berkonjugasi, yang sedikit menambah kestabilan, tetapi juga
memiliki susunan yang sedemikian rupa sehingga mmemungkinkan terbentuknya
ikatan hidrogen internal, yang membantu menstabilkan tautomer ini. Tatomeri
dapat mmempengaruhi kereaktivan suatu senyawa. Suatu pengecualian terhadap
sifat keton yang tidak mudah teroksidasi, ialah oksidasi keton yang memiliki
sekurang-kurangnya suatu hidrogen alfa. Suatu keton yang dapat menjalani
tautomeri dapat dioksidasi oleh zat-pengoksidasi kuat pada ikatan rangkap karbon-karbon
(dari) tautomer enolnya. Rendemen reaksi ini tidak diguakan untuk kerja
sinetik, tetapi sering digunakan dalam penuturan struktur.[11]
10. REGANGAN
RUANG
Regangan ruang
adalah besarnya regangan pada struktur senyawa kimia berbentuk siklik untuk
menunjukkan seberapa besarnya regangan ruang dari cicin siklik tersebut. Dimana
tabel data mengenai regangan ruang dapat dilihat pada tabel berikut :
permasalahan
Ikatan hidrogen dapat terbentuk jika atom hidrogen (H)
terikat pada atom lain seperti F,O, dan N. Bagaimana pengaruh ikatan pada atom
F,O,dan N dan bagaimana ikatan yang tejadi pada H₂O,
NH₃, dan HF ?
DAFTAR PUSTAKA
[3]
Hadiat,
Moedjadi, N. Kertiasa, Soekarno, dan S. Soepomo. 1996. Kamus Sains. Jakarta : Balai Pustaka.
[5] Nana
Sutresna. 2008. Kimia. Bandung :
Grafino Media Pratama
Contoh nya seperti H₂O NH₃ dan HF . dan perbedaannya yakni ternyata titik didih H2O lebih tinggi dari pada titik didih HF. Hal itu disebabkan karena tiap molekul air berpotensi membentuk empat ikatan hidrogen dengan molekul air sekelilingnya, maka titik didih H2O lebih tinggi dari titik didih senyawa HF meskipun ikatan hidrogen pada HF lebih kuat dari ikatan hidrogen pada H2O.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusApabila kita perhatikan keelektronegatifan dari unsure H2O, HF, dan NH3, atom H mempunyai sifat sangat positif, sedangkan atom O, F, dan N mempunyai sifat sangat negatif. Perbedaan keelektronegatifan yang besar ini menyebabkan atom H terikat kuat pada atom O, F dan N. Ikatan ini yang disebut sebagai ikatan hidrogen.
BalasHapusSalam kenal Fida, jawabannya apabila kita perhatikan keelektronegatifan dari unsur H2O, HF, dan NH3, atom H mempunyai sifat sangat positif, sedangkan atom O, F, dan N mempunyai sifat sangat negatif. Perbedaan keelektronegatifan yang besar ini menyebabkan atom H terikat kuat pada atom O, F dan N. Ikatan ini disebut sebagai ikatan hidrogen.
BalasHapussebagai contoh dari ikatan hidrogen dapat di lihat pada senyawa H2O, HF, dan NH3. ikatan hidrogen adalah gaya yang disebabkan oleh ikatan antar hidrogen dengan unsur yang mempunyai elektronegatifitas paling tinggi. dari tabel periodik, unsur yang mempunyai elektronegatifitas tinggi ialah unsur paling atas dan dipojok kanan. berarti : N, F dan O. gas mulia bukanlah unsur yang memiliki elektronegatifitas tinggi, karena elektronegatifitas adalah kekuatan sebuah atom untuk menarik elektron. gas mulia sudah sempurna (sudah memenuhi aturan oktet) maka dia tidak perlu menarik elektron lagi
BalasHapusJawabannya kekuatan ikatan hidrogen sangat dipengaruhi oleh keelektronegatifan antar atom dalam molekul. makin besar perbedaan elektronegatifitasnya maka semakin besar ikatan hidrogennya. oleh karena itu berdasarkan perbedaan elektronegatifitasnya maka ikatan hidrogen antar molekul adalah HF, H2O, NH3, dan seharusnya titik didih HF lebih besar daei H2O dan NH3
BalasHapus