REGANGAN RUANG
Regangan
ruang adalah besarnya regangan pada struktur senyawa kimia berbentuk siklik
untuk menunjukkan seberapa besarnya regangan ruang dari cincin siklik tersebut. Regangan ruang yang terjadi pada suatu molekul menyebabkan molekul
tersebut mencari konformasi geometri yang lebih stabil tanpa adanya tolakan
sterik untuk mencapai kestabilan.
1. Regangan Non-Siklik
Dalam suatu molekul rantai terbuka,
atom-atomnya memiliki peluang tak terhingga jumlah penataan/posisinya di dalam
suatu ruang untuk mencapai kestabilan dengan menyamai sudut ikatan tetrahedral.
Gugus-gugus fungsi yang terikat pada ikatan karbon-karbon dalam senyawa alkana
dapat berotasi dengan bebas mengelilingi ikatan tersebut. Oleh karena itu
atom-atom dalam suatu senyawa rantai terbuka dapat memiliki posisi yang tak
terhingga banyaknya di dalam ruang relatif satu terhadap yang lain.
Pengaturan posisi atom yang
bervariasi/berbeda-beda yang diakibatkan oleh rotasi ini disebut konformasi. Konformasi
adalah bentuk molekul dan bagaimana bentuk ini dapat berubah. Dalam senyawa
rantai terbuka, gugus-gugus yang terikat oleh ikatan sigma dapat berotasi
mengelilingi ikatan itu. Oleh karena itu atom-atom dalam suatu molekul rantai
terbuka dapat memiliki tak terhingga banyak posisi di dalam ruang relatif satu
terhadap yang lain. Memang etana merupakan sebuah molekul kecil, tetapi etana
dapat memiliki penataan dalam ruang secara berlain-lain. [1]
Contoh
konformasi senyawa non-siklik yakni:[2]
2. Regangan
Siklik
Dimana contoh mengenai regangan ruang dapat dilihat pada tabel berikut :
Kestabilan (ketidakreaktifan)
sikloalkana pada mulanya dijelaskan dengan “teori regangan Baeyer” (Baeyer’s
strain theory). Menurut teori ini, senyawa siklik seperti halnya sikloalkana
membentuk cincin datar. Bila sudut-sudut ikatan dalam senyawa siklik menyimpang
dari sudut ikatan tetrahedral (109,5o) maka molekulnya mengalami
regangan. Makin besar penyimpangannya terhadap sudut ikatan tetrahedral,
molekulnya makin regang, dan berakibat molekul tersebut makin reaktif.
Dalam
usaha mengurangi regangan agar diperoleh kestabilan, molekul sikloalkana
mengalami konformasi. Pada siklopentana konformasinya mengakibatkan keempat
atom karbonnya berada dalam satu bidang dan atom karbon kelima membentuk ikatan
bengkok. Pada sikloheksana konformasinya mengakibatkan semua ikatan C-C-C
mempunyai sudut 109,5o.
Salah satu dari konformasi pada
sikloheksana dinamakan konformasi kursi, yang ditandai oleh adanya dua macam
orientasi ikatan C-H, yaitu enam buah ikatan C-H aksial dan enam buah ikatan
C-H ekuatorial. Dikenal pula adanya konformasi perahu pada sikloheksana, yang
kestabilannya lebih rendah daripada konformasi kursi. Jika satu atom H pada
sikloheksana diganti oleh gugus –CH3 atau gugus lain, maka gugus –CH3/
gugus lain tersebut dapat berposisi aksial/ ekuatorial. Dalam hal ini
konformasi yang lebih stabil adalah konformasi dengan gugus –CH3
berposisi ekuatorial.[3]
Jika ditinjau dari segi regangan
cincinnya, yang dihitung berdasarkan harga kalor pembakaran, terbukti bahwa
harga regangan total cincin yang terbesar adalah pada siklopropana, disusul
dengan siklobutana, dan siklopentana. Pada sikloheksana harganya = 0, yang sama
dengan harga senyawa rantai terbuka. Besarnya harga regangan pada siklopropana
tersebut disebabkan oleh adanya regangan sudut dan regangan sterik. Makin besar
penyimpangannya dari sudut tetrahedral, makin besar pula regangan sudutnya.
Bila sikloalkana mengikat substituen
pada dua atau lebih atom karbon, maka terjadi isomer cis-trans. Salah satu
contohnya adalah pada 1,2-dimetilsiklopentana. Dalam penggambaran strukturnya,
cincin siklopentana digambarkan sebagai segilima datar, dengan ketentuan bila
kedua substituennya terletak pada sisi yang sama dari bidang cincin dinamakan
isomer cis, sedangkan bila berseberangan dengan bidang cincin dinamakan isomer
trans.
Pada sikloheksana juga dijumpai
isomer-isomer cis-tans, yang bila digambarkan dengan konformasi kursi, yang
masing-masing substituen dapat berposisi aksial atau ekuatorial. Sifat-sifat
fisika dan kimia sikloalkana hampir sama dengan alkana, yaitu nonpolar, titik
didih dan titik leburnya sebanding dengan berat molekulnya, dan inert (lambat
bereaksi dengan senyawa lain). Reaksi sikloalkana dengan oksigen dapat
menghasilkan CO2 dan H2O, sedangkan dengan halogen
terhadi reaksi substitusi atom H oleh atom halogen. Khusus untuk siklopropana
dan siklobutana, dengan kondisi reaksi khusus, dapat mengalami pemutusan
cincin.
Untuk membuat sikloalkana, dapat
digunakan bahan dasar senyawa alifatik, atau senyawa aromatik. Sebagai contoh,
siklopropana dibuat dengan reaksi Freud, yaitu dengan mereaksikan
1,3-dibromopropana dengan logam seng. Untuk membuat sikloheksana dapat ditempuh
dengan cara hidrogenasi benzena dengan katalis Ni, pada suhu dan tekanan
tinggi.[4]
Adolf Von Baeyer mengemukakan bahwa senyawa-senyawa
siklik membentuk cincin-cincin datar. Menurut Baeyer semua senyawa siklik
(kecuali siklopetana) mengalami ragangan karena terjadinya penyimpangan dari
sudut ikatan tetrahedal. Makin besar penyimpangan dari sudut iaktan
tetrahedalmakin besar ragangannya, yang berakibat makin reaktif pula. Akibatnya
sikli propana yang mempunyai sudut ikatan 60 dan siklo butana 90 lebih reaktif
dari pada propana dan butana.
Menurut baeyer siklo prapana adalah
sistem yang paling stabil karena sudut ikatannya 108, yang hampir sama dengan
sudut tetrahedal dan kemudian reaktifitasnya maningkat lagi mulai siklo
hetsana. Namun teori Baeyer tidak seluruhnya benar, karena kenyataan bahwa
siklo heksana dan cincin yang lebih besar tidak lebih reaktif dari siklo
petana. Siklo heksana ternyata bukan merupakan cincin datar dengan sudut ikatan
120 melinkan suatu cincin yang agak terlipat dengan sudut ikatan 109, yang
berarti hampir sama dengan sudut tetrahedal. [5]
Setiap
atom karbon dalam senyawa alkana dan sikloalkana membentuk empat ikatan
tunggalatau memiliki hibridisasi sp3. Adanya ikatan tunggal ini menyebabkan
atom-atom dalam molekul sikloalkana bisa mengalami perubahan orientasi karena
ikatan tunggal dapat berotasi. Perubahan orientasi ini disebut konformasi.
setiap konformasi memiliki tingkat energi yang berbeda-beda. semakin rendah
tingkat energinya, maka kestabilannya semakin tinggi. begitu pula jika tingkat
energinya tinggi, maka ia semakin tidak stabil.
Dua bentuk konformasi
utama untuk sikloheksana dikenal sebagai bentuk kursi dan perahu. Bentuk kursi
itu lebih stabil daripada bentuk perahu karena bentuk perahu memiliki bayangan
ikatan C-C dan C-H. Hal ini dapat dilihat lebih baik dalam proyeksi Newman yang
telah diambil seperti yang kita cari sepanjang dua ikatan di saat yang sama
-yakni ikatan 2-3 dan 6-5. Dalam konformasi kursi, tidak ada C-C yang
“bayangan” ikatan. Namun, dalam konformasi perahu, ikatan 1-2 ini bayangan
dengan ikatan 3-4, 1-6 dan ikatan yang bayangan dengan ikatan 5-4. Ini berarti
bahwa konformasi perahu kurang stabil daripada konformasi kursi dan sebagian
besar molekul sikloheksana ada dalam konformasi kursi. Namun, hambatan energi kecil
cukup untuk molekul sikloheksana melewati konformasi perahu dalam proses yang
disebut 'membalik cincin'.
Kemampuan molekul untuk
sikloheksana cincin-lain adalah penting ketika substituen yang ada. Setiap atom
karbon di struktur kursi memiliki dua ikatan C-H, tetapi ini tidak identik.
Salah satu ikatannya disebut sejajar karena kira-kira pada bidang cincin.
Ikatan C-H yang lain vertikal terhadap bidang cincin dan disebut ikatan aksial.
Sudut C-C-C : 109,5°(tetrahedral)
Semua atom H pada posisi staggered
Axial : tegak lurus bidang rata-rata cincin
Equatorial : sejajar bidang rata-rata cincin
Sudut C-C-C: 109,5°(tetrahedral)
Tidak semua atom H pada posisi staggered
Kurang stabil dibanding bentuk kursi [6]
DAFTAR PUSTAKA
[4]Parlan.
2003. Kimia Organik I. Yogyakarta: Universitas
Negeri Malang.
Terima kasih atas pemaparan yang baik sekali, yang masih saya kurang mengerti adalah, pada molekul siklik, apakah yang menyebabkan perbedaan regangan cincin tiap molekul? terima kasih
BalasHapusTerimakasih. Baiklah menurut saya yang menyebabkan perbedaan regangan tiap molekul siklik yakni setiap senyawa siklik memiliki sudut ikatan yang berbeda-beda. Bila sudut-sudut ikatan dalam senyawa siklik menyimpang dari sudut ikatan tetrahedral (109,5 o) maka molekulnya mengalami regangan. Makin besar penyimpangannya terhadap sudut ikatan tetrahedral, molekulnya makin regang, dan berakibat molekul tersebut makin reaktif.
BalasHapussaya ingin bertanya jika kestabilan suatu ikatan antara C-C, C=C, dan C≡C, ikatan mana yang paling stabil?
BalasHapusdan terimakasih untuk materi yang telah dijelaskan diatas, sungguh bermanfaat.
Terimakasih. Baiklah, Menurut saya kestabilan suatu ikatan antara C-C, C=C, dan C≡C maka yang paling stabil yakni ikatan C-C, kemudian di ikuti oleh C=C, dan terakhir yakni C≡C. hal karena semakin banyak ikatan yang terjadi maka semakin sulit suatu molekul tersebut dapat meregang seperti yang telah diketahui bahwa setiap molekul senyawa mengalami vibrasi yang juga bertujuan untuk mendapatkan posisi paling stabil dari molekul tersebut, namun dengan semakin banyaknya ikatan rangkap yang terbentuk maka semakin sulit suatu molekul tersebut untuk melakukan regangan. jadi urutan kestabilannya yakni alkana>alkena>alkuna.
HapusTerimakasih
Terimakasih banyak atas materi nya, hanya sebagai saran, lebih baik jika membahas pula mengenai regangan senyawa asiklikp
BalasHapusmaaf saudara aji, sudah saya paparkan diatas mengenai regangan senyawa asiklik itu sama saja dengan regangan senyawa non-siklik ya..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTrimakasih untuk penjelasannya sudah baik, yang masih belum saya pahami bagaimana dengan kestabilan konformasi pada setiap konformasi molekul organik seperti yang telah dijelaskan diatas?
BalasHapusTerimakasih. Baiklah, menurut saya mengenai konformasi molekul organik contohnya alkana yakni Semua alkana yang memiliki 4 atau lebih atom karbon akan memiliki isomeri bangun. Ini berarti bahwa ada dua atau lebih rumus bangun yang bisa dibuat untuk masing-masing rumus molekul.
HapusContohnya, bentuk konformasi paling stabil dari struktur sikloheksana, yaitu konformasi kursi yang dipengaruhi oleh sudut CCC yang terbentuk pada konformasi tersebut. Sudut tersebut adalah 109.5o atau yg mendekati sudut tetrahedral. Energi yang dibutuhkan pada konformasi juga tak begitu besar.
Jadi, untuk mengetahui konformasi yang paling stabil dari molekul organik dapat juga di tentukan menggunakan kimia komputasi, dimana sudut yg terbentuk mendekati sudut tetrahedral dan energi yang di butuhkan untuk konformasi tidak terlalu besar.
Terimakasih
Terimakasih, sangat bermanfaat
BalasHapusTerimakasih, sangat bermanfaat
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya ke blog saya..
HapusTerimakasih, materinya sangat bermanfaat. Saya mau tanya, apakah gugus fungsi dapat mempengaruhi suatu regangan?
BalasHapusTerimakasih materinya, bagaimana hubungan isomerisasi dengan bentuk konformasi pada senyawa asiklik ya? Trmksh
BalasHapus